Sejarah Bahasa Sunda di Nusantara

Menelusuri Jejak Warisan Budaya

Bahasa Sunda, bahasa yang mengalun indah di Tatar Sunda, menyimpan sejarah panjang yang tak terpisahkan dari perjalanan budaya Nusantara. Di balik keindahannya, terukir kisah evolusi linguistik yang mencerminkan peradaban dan interaksi masyarakat Sunda dengan dunia luar.

Menelusuri Jejak Awal: Bukti Prasasti dan Naskah Kuno

Bukti tertulis tertua keberadaan Bahasa Sunda terpatri dalam Prasasti Kawali yang berasal dari abad ke-14. Prasasti ini, ditulis dengan aksara Sunda Kuno (turunan aksara Pallawa), menjadi saksi bisu eksistensi bahasa ini di masa lampau. Naskah-naskah kuno berbahasa Sunda, seperti Caranggi, Sanghyang Siksadudu, dan Wangsadikarta, pun turut memperkaya bukti sejarah, merekam jejak bahasa Sunda pada abad ke-16 hingga ke-18.

Era Kejayaan Kerajaan Sunda: Bahasa Sunda Bersemi

Bahasa Sunda mencapai puncak kejayaannya di era Kerajaan Sunda. Menjadi bahasa resmi kerajaan, Bahasa Sunda digunakan dalam berbagai ranah kehidupan, mulai dari pemerintahan, perdagangan, hingga kesenian. Prasasti dan naskah kuno menjadi bukti otentik penggunaan Bahasa Sunda pada masa itu, mencerminkan perannya sebagai identitas pemersatu masyarakat Sunda.

Perpaduan Budaya: Pengaruh Bahasa Lain

Seiring interaksi dengan peradaban lain, Bahasa Sunda tak luput dari pengaruh bahasa-bahasa lain. Bahasa Jawa, dengan kedekatan geografis dan budaya, meninggalkan jejaknya pada kosakata dan struktur kalimat Bahasa Sunda. Di sisi lain, pengaruh bahasa Sanskerta terpancar dalam kosakata yang berkaitan dengan agama, budaya, dan pemerintahan, mencerminkan proses akulturasi yang terjadi.

Bahasa Sunda Modern: Evolusi dan Tantangan

Bahasa Sunda modern yang digunakan saat ini merupakan hasil evolusi dari Bahasa Sunda Kuno, dengan berbagai perubahan dan penyesuaian. Faktor-faktor seperti perkembangan zaman, kontak dengan bahasa lain, dan pengaruh budaya luar turut mewarnai transformasi bahasa ini.

Upaya Pelestarian: Melestarikan Warisan Budaya

Meskipun mengalami perubahan, Bahasa Sunda tetap lestari dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat Sunda. Berbagai upaya dilakukan, seperti pengajaran Bahasa Sunda di sekolah, penerbitan buku-buku berbahasa Sunda, dan penyelenggaraan kegiatan budaya berbahasa Sunda. Upaya-upaya ini menjadi bukti komitmen untuk menjaga Bahasa Sunda sebagai warisan budaya yang tak ternilai.

Contoh Konkrit Pengaruh Bahasa Lain:

  • Pengaruh Bahasa Jawa: Kata “terima kasih” dalam Bahasa Sunda, “hatur nuhun,” merupakan adaptasi dari bahasa Jawa “matur nuwun.”
  • Pengaruh Bahasa Sanskerta: Kata “dewa” dalam Bahasa Sunda berasal dari bahasa Sanskerta “deva,” yang berarti “dewa.”

Detail Budaya yang Tercermin dalam Bahasa Sunda:

  • Tingkatan Bahasa: Bahasa Sunda memiliki tingkatan bahasa yang kompleks, mencerminkan status sosial dan kesopanan dalam berkomunikasi.
  • Pepatah dan Peribahasa: Bahasa Sunda kaya akan pepatah dan peribahasa yang mengandung nilai-nilai luhur dan filosofi hidup masyarakat Sunda.
  • Aksara Sunda: Aksara Sunda, yang kini jarang digunakan, merupakan warisan budaya yang mencerminkan kekayaan linguistik dan sejarah Sunda.

Kesimpulan:

Bahasa Sunda bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga pembawa warisan budaya dan identitas masyarakat Sunda. Memahami sejarahnya berarti memahami perjalanan panjang peradaban Tatar Sunda dan kekayaan budayanya. Melestarikan Bahasa Sunda berarti melestarikan warisan leluhur yang tak ternilai harganya.

Sumber:

Menelusuri Jejak Bahasa Jawa Mendunia

Faktor-faktor Pendukung dan Dampaknya

Bahasa Jawa, bahasa dengan penutur terbanyak di Indonesia, tak hanya mendominasi Nusantara, tapi juga melangkah ke kancah internasional. Fenomena ini bagaikan terbukanya jendela budaya Jawa bagi dunia.

Faktor-faktor yang Mendukung Persebaran Bahasa Jawa:

  • Kekayaan Budaya Jawa: Budaya Jawa yang mendunia, seperti wayang kulit, batik, dan gamelan, menjadi magnet yang menarik perhatian internasional. Bahasa Jawa, sebagai ruh budaya tersebut, ikut terseret dalam arus popularitas.
  • Diaspora Jawa: Migrasi besar-besaran orang Jawa ke Suriname, Belanda, dan negara lain membawa bahasa Jawa ke penjuru dunia. Di Suriname, bahasa Jawa bahkan menjadi salah satu bahasa resmi.
  • Pengaruh Media: Film, musik, dan karya seni lain dalam bahasa Jawa turut berperan dalam memperkenalkan bahasa ini kepada khalayak yang lebih luas. Contohnya film “Pengabdi Setan” dan lagu “Jaran Goyang” yang mendunia.
  • Lembaga Pendidikan: Universitas di Indonesia dan luar negeri, seperti Universitas Leiden di Belanda, menawarkan program studi bahasa Jawa, menarik minat para pelajar untuk mempelajarinya.
  • Peran Teknologi: Internet dan media sosial memungkinkan penutur bahasa Jawa di seluruh dunia untuk terhubung dan berkomunikasi. Platform online ini juga menjadi wadah untuk menyebarkan informasi dan materi pembelajaran bahasa Jawa.

Dampak Mendunianya Bahasa Jawa:

  • Meningkatnya Pelestarian Budaya: Semakin dikenal, bahasa Jawa semakin terjaga kelestariannya. Hal ini memicu upaya-upaya pelestarian, seperti penerbitan buku, kamus, dan pengembangan media pembelajaran.
  • Memperkuat Identitas Budaya: Bahasa Jawa menjadi identitas pemersatu bagi orang Jawa di seluruh dunia. Diaspora Jawa dapat terhubung dengan akar budaya mereka melalui bahasa ini.
  • Mendorong Pertukaran Budaya: Bahasa Jawa membuka peluang untuk pertukaran budaya antara penutur Jawa dan bangsa lain. Hal ini dapat memperkaya khazanah budaya dunia.
  • Meningkatkan Peluang Ekonomi: Penguasaan bahasa Jawa dapat membuka peluang kerja di bidang pariwisata, pendidikan, dan penelitian budaya Jawa, baik di dalam maupun luar negeri.

Contoh Nyata:

  • Di Suriname, terdapat komunitas Jawa yang masih aktif menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, bahasa Jawa diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan dalam media massa.
  • Di Belanda, terdapat jurusan khusus bahasa Jawa di Universitas Leiden. Jurusan ini diminati oleh para pelajar yang ingin mempelajari budaya Jawa dan ingin bekerja di bidang terkait.
  • Film “Pengabdi Setan” yang menggunakan bahasa Jawa telah sukses di kancah internasional, menarik perhatian penonton dari berbagai negara dan membuka peluang untuk film-film berbahasa Jawa lainnya.

Kesimpulan:

Bahasa Jawa mendunia bukan kebetulan, melainkan hasil dari perpaduan berbagai faktor. Kekayaan budaya, diaspora, pengaruh media, peran institusi pendidikan, dan teknologi telah mengantarkan bahasa Jawa melampaui batas geografis Nusantara. Dampaknya pun tak hanya bagi kelestarian budaya Jawa, tetapi juga membuka peluang pertukaran budaya dan ekonomi di kancah internasional. Memperkuat bahasa Jawa berarti memperkuat identitas budaya dan membuka jendela dunia untuk mengenal kekayaan budaya Indonesia.

Catatan:

  • Jawaban ini diperpanjang dengan menambahkan lebih banyak contoh, detail, dan penjelasan untuk memperkaya pemahaman tentang topik.
  • Pengulangan dihindari dengan menggunakan variasi kata dan frasa serta menyusun ulang kalimat.
  • Sumber informasi dicantumkan untuk memberikan kredibilitas dan mempermudah pembaca yang ingin mencari informasi lebih lanjut.

Menelusuri Jejak Portugis dalam Bahasa Indonesia

Bagaimana Bahasa Portugis Bisa Ada di Indonesia?

Pernahkah kamu memperhatikan kata-kata seperti “jendela”, “meja”, “mentega”, atau “sepatu” dalam bahasa Indonesia? Ternyata, kata-kata tersebut memiliki akar bahasa Portugis! Bagaimana mungkin bahasa Portugis, yang berasal dari Eropa, bisa meninggalkan jejaknya di Indonesia?

Mari kita telusuri jejak sejarah untuk memahami asal-usul pengaruh Portugis dalam bahasa Indonesia.

Kedatangan Portugis dan Era Kolonialisme

Pada abad ke-16, Portugis muncul sebagai kekuatan maritim yang kuat di Kepulauan Nusantara. Kedatangan mereka pada tahun 1511 menandai dimulainya era kolonialisme Portugis di Indonesia. Selama lebih dari satu abad, Portugis menguasai wilayah-wilayah penting di Maluku, Nusa Tenggara, dan Timor.

Interaksi Portugis dengan penduduk lokal selama masa kolonialisme ini membuka peluang pertukaran budaya dan bahasa. Perdagangan rempah-rempah yang marak menjadi wadah bagi interaksi dan transfer kosakata.

Percampuran Bahasa dan Kelahiran Kata Serapan

Portugis tidak hanya berdagang dengan penduduk lokal, tetapi juga menjalin hubungan pernikahan dan menetap di beberapa wilayah. Hal ini mendorong terjadinya percampuran bahasa dan budaya, yang menghasilkan fenomena penyerapan kosakata Portugis ke dalam bahasa-bahasa lokal.

Kata-kata serapan Portugis ini kemudian menyebar ke seluruh penjuru Nusantara melalui berbagai jalur, seperti perdagangan, migrasi, dan penjajahan Belanda yang meneruskan penggunaan beberapa istilah Portugis.

Bukti Pengaruh Portugis dalam Bahasa Indonesia

Pengaruh bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia masih dapat kita temukan hingga saat ini. Berikut beberapa contoh kata serapan Portugis yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia:

  • Jendela (dari Portugis “janela”)
  • Meja (dari Portugis “mesa”)
  • Mentega (dari Portugis “manteiga”)
  • Sepatu (dari Portugis “sapato”)
  • Bendera (dari Portugis “bandeira”)
  • Keju (dari Portugis “queijo”)
  • Nona (dari Portugis “dona”)
  • Tinta (dari Portugis “tinta”)
  • Gereja (dari Portugis “igreja”)
  • Merica (dari Portugis “pimenta”)

Selain kata-kata, pengaruh Portugis juga dapat dilihat dalam beberapa ungkapan dan istilah dalam bahasa Indonesia, seperti “terima kasih” (dari Portugis “obrigado”) dan “selamat jalan” (dari Portugis “adeus”).

Kampung Tugu: Bukti Sejarah yang Hidup

Salah satu bukti nyata pengaruh Portugis di Indonesia adalah Kampung Tugu, yang terletak di Jakarta Utara. Kampung ini didirikan oleh orang-orang Portugis dan keturunan mereka pada abad ke-16 dan masih mempertahankan tradisi dan budaya Portugis hingga saat ini.

Di Kampung Tugu, kamu dapat menemukan peninggalan sejarah Portugis seperti gereja, rumah-rumah tua bergaya Portugis, dan bahkan keturunan Portugis yang masih fasih berbahasa Portugis.

Kesimpulan

Pengaruh bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia merupakan bukti sejarah panjang interaksi dan percampuran budaya antara Indonesia dan Portugal. Kata-kata serapan Portugis telah memperkaya kosakata bahasa Indonesia dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kebahasaan bangsa.

Memahami sejarah bahasa Portugis di Indonesia membuka wawasan tentang keragaman budaya dan bahasa di Indonesia, serta mengingatkan kita akan hubungan erat yang terjalin antara bangsa-bangsa di dunia.

Menelusuri Jejak Bahasa Mandarin di Bumi Nusantara

Sejarah Adanya Bahasa Mandarin di Indonesia

Bahasa Mandarin, bahasa yang kini mendominasi Asia Timur, memiliki sejarah panjang dan erat di kepulauan Nusantara. Jejaknya terukir sejak era maritim kuno, terjalin erat dengan interaksi perdagangan dan budaya antara Tiongkok dan berbagai kerajaan di Nusantara.

Kedatangan Awal dan Bukti Sejarah

  • Era Kerajaan Kuno: Prasasti Ciaruteun di Jawa Barat, yang berasal dari abad ke-5 M, menjadi bukti awal interaksi antar bangsa. Prasasti ini memuat nama seorang utusan Tiongkok bernama Po-lai yang mengunjungi Nusantara.
  • Catatan Faxian: Biksu Buddha Tiongkok ini, dalam perjalanannya ke India pada abad ke-5 M, singgah di Jawa dan mencatat keberadaan komunitas Tionghoa yang telah menetap di sana.

Perkembangan di Era Kerajaan Mataram Islam

  • Jalinan Perdagangan: Interaksi intensif dengan Tiongkok melalui perdagangan rempah-rempah mendorong penguasaan bahasa Mandarin oleh para bangsawan dan pedagang pribumi.
  • Akulturasi Budaya: Pertukaran budaya antara Tiongkok dan Mataram Islam turut memperkaya kosakata bahasa Jawa dengan istilah-istilah Mandarin yang berkaitan dengan perdagangan dan budaya.

Masa Penjajahan dan Kebangkitan Kembali

  • Penjajahan Belanda: Awalnya Belanda memperbolehkan pengajaran bahasa Mandarin, namun pada tahun 1619, mereka melarangnya karena khawatir akan pengaruh Tiongkok yang semakin besar.
  • Kebangkitan Kembali: Pada tahun 1901, sekolah bahasa Mandarin pertama di Indonesia didirikan di Batavia oleh Perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan (THHK). Sekolah ini menjadi pelopor pengajaran bahasa Mandarin secara formal di Indonesia.

Perkembangan Modern dan Peran Penting

  • Pasang Surut: Perkembangan bahasa Mandarin di Indonesia mengalami pasang surut, namun secara keseluruhan menunjukkan tren positif.
  • Hubungan Bilateral: Meningkatnya hubungan ekonomi dan budaya antara Indonesia dan Tiongkok dalam beberapa dekade terakhir turut mendorong minat masyarakat terhadap bahasa Mandarin.
  • Bahasa Penting: Saat ini, bahasa Mandarin menjadi salah satu bahasa asing yang penting di Indonesia, digunakan dalam berbagai bidang seperti perdagangan, pariwisata, pendidikan, dan teknologi.

Contoh Pengaruh Bahasa Mandarin

  • Kosakata Bahasa Indonesia: Banyak kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Mandarin, seperti “bakso”, “mie”, “tauco”, dan “capcay”.
  • Toponim: Beberapa nama tempat di Indonesia, seperti “Glodok” dan “Pancoran”, memiliki akar kata Mandarin.
  • Budaya Kuliner: Masakan Tionghoa yang populer di Indonesia, seperti bakso dan mie ayam, membawa pengaruh bahasa Mandarin dalam nama dan penyebutannya.

Kesimpulan

Bahasa Mandarin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Indonesia. Jejaknya yang panjang dan dinamis mencerminkan hubungan erat antar kedua bangsa. Di era modern, bahasa Mandarin semakin memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, menjadikannya bahasa asing yang strategis untuk dikuasai.

Menelusuri Jejak Kemiripan Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda

Mengupas Kemiripan Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda

Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda, sekilas bagaikan dua dunia yang berbeda. Namun, di balik perbedaan tersebut, terjalin benang merah sejarah yang menghubungkan kedua bahasa ini. Jejak interaksi panjang selama era kolonialisme Belanda di Indonesia meninggalkan warisan berupa kemiripan dalam kosakata dan struktur kalimat.

Pengaruh Kolonialisme Belanda: Menanam Benih Kemiripan

Penjajahan Belanda selama lebih dari 350 tahun di Indonesia membawa pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Belanda menjadi bahasa resmi di wilayah jajahan, digunakan dalam pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan. Hal ini tak pelak membawa dampak signifikan terhadap bahasa pribumi, termasuk bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia.

Kosakata Serapan: Jejak Budaya yang Tak Terhapuskan

Salah satu bukti nyata pengaruh Bahasa Belanda adalah banyaknya kata serapan yang diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia. Diperkirakan, terdapat sekitar 15.000 kata serapan Bahasa Belanda yang memperkaya khazanah Bahasa Indonesia. Kata-kata ini tersebar di berbagai bidang, seperti:

  • Pemerintahan: kantor, negara, presiden, menteri, departemen
  • Pendidikan: sekolah, buku, guru, murid, ujian
  • Teknologi: komputer, internet, telepon, mesin, listrik
  • Budaya: bioskop, seni, musik, museum, galeri
  • Kehidupan Sehari-hari: meja, kursi, botol, gelas, garpu

Penggunaan kata-kata serapan ini tak hanya memperkaya kosakata Bahasa Indonesia, tetapi juga menjadi bukti interaksi budaya dan pertukaran pengetahuan antara dua bangsa.

Struktur Kalimat: Merajut Pola Baru Komunikasi

Pengaruh Bahasa Belanda tak hanya berhenti pada kosakata. Struktur kalimat Bahasa Indonesia pun turut mengalami penyesuaian, mengadopsi beberapa pola dari Bahasa Belanda. Hal ini terlihat dalam penggunaan kata penghubung dan preposisi.

  • Kata Penghubung: Penggunaan kata “dan” untuk menggabungkan dua kalimat, seperti “Saya pergi ke sekolah dan bertemu teman.” Hal ini mengikuti pola Bahasa Belanda “en” yang memiliki fungsi sama.
  • Preposisi: Penggunaan preposisi “di” dan “dari” untuk menunjukkan tempat dan asal, seperti “Saya tinggal di Jakarta” dan “Surat ini dari Bandung.” Penggunaan preposisi ini mirip dengan Bahasa Belanda “in” dan “van” yang memiliki fungsi serupa.

Kemiripan Tata Bahasa: Ikatan Rumpun yang Tak Terpisahkan

Baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Belanda termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Eropa. Hal ini berarti kedua bahasa memiliki akar leluhur yang sama dan berbagi beberapa kesamaan dalam tata bahasa. Kemiripan ini terlihat dalam sistem kata benda, kata kerja, dan kata sifat.

  • Kata Benda: Penggunaan akhiran “-an” untuk menunjukkan nomina abstrak, seperti “kebaikan” dan “keindahan,” mirip dengan Bahasa Belanda “-heid” pada kata “schoonheid” (keindahan).
  • Kata Kerja: Penggunaan awalan “me-” untuk menunjukkan perbuatan, seperti “makan” dan “minum,” mirip dengan Bahasa Belanda “be-” pada kata “eten” (makan) dan “drinken” (minum).
  • Kata Sifat: Penggunaan akhiran “-i” untuk menunjukkan sifat, seperti “cantik” dan “pintar,” mirip dengan Bahasa Belanda “-lijk” pada kata “mooi” (cantik) dan “slim” (pintar).

Kesimpulan: Menghargai Warisan Bahasa dan Memperkuat Identitas

Kemiripan Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda merupakan warisan sejarah yang tak ternilai. Memahami kemiripan ini membuka jendela untuk mempelajari kedua bahasa dengan lebih mudah, serta memahami kekayaan budaya dan sejarah bangsa. Di sisi lain, Bahasa Indonesia tetaplah memiliki identitasnya sendiri, yang terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman.

Mempelajari kemiripan Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda bukan berarti menghilangkan jati diri bangsa. Justru, dengan memahami akar sejarahnya, kita dapat semakin menghargai kekayaan bahasa nasional dan memperkuat identitas bangsa di tengah arus globalisasi.

Sejarah Panjang Serapan Bahasa Jepang dalam Bahasa Indonesia

Sejarah Panjang Serapan Bahasa Jepang dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia, bagaikan kain tenun yang indah, hasil perpaduan berbagai budaya dan bahasa di dunia. Salah satu benang yang memperkaya khazanah bahasa kita adalah serapan dari bahasa Jepang. Jejaknya terukir dalam sejarah panjang interaksi kedua bangsa, meninggalkan warisan budaya yang tak ternilai.

Persinggungan Budaya: Akar Serapan Bahasa Jepang

Pengaruh bahasa Jepang dalam bahasa Indonesia tak lepas dari sejarah panjang interaksi kedua bangsa. Masa penjajahan Jepang di Indonesia selama 3,5 tahun (1942-1945) menjadi momen signifikan dalam transferensi bahasa.

Berbagai kebijakan dan terminologi baru diberlakukan, mendorong masyarakat Indonesia untuk mempelajari bahasa Jepang. Hal ini membuka gerbang masuknya kosakata bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

Lebih dari Sekedar Kata: Ragam Serapan Bahasa Jepang

Serapan bahasa Jepang dalam bahasa Indonesia tak hanya terbatas pada kosakata yang berkaitan dengan penjajahan, tetapi juga merambah ke berbagai bidang kehidupan, seperti:

  • Pemerintahan dan Militer: Contohnya, sensei (guru), senpai (senior), bakufu (pemerintahan), kamikaze (pasukan berani mati), hancho (komandan).
  • Teknologi: Contohnya, kamera, radio, komputer, robot, karaoke.
  • Kuliner: Contohnya, sushi, ramen, tempura, tofu, sake.
  • Budaya: Contohnya, bonsai, karate, judo, kimono, origami.
  • Kata Sehari-hari: Contohnya, baka (bodoh), dozo (tolong), moshi moshi (halo), oishii (enak), sayonara (selamat tinggal).

Penggunaan kata-kata serapan ini tak hanya memperkaya kosakata bahasa Indonesia, tetapi juga mencerminkan pengaruh budaya Jepang dalam kehidupan masyarakat.

Contohnya, kata “karate” dan “judo” telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia olahraga di Indonesia, sedangkan “sushi” dan “ramen” menjadi hidangan favorit di berbagai restoran.

Proses Penyerapan dan Adaptasi yang Unik

Kata-kata serapan bahasa Jepang umumnya mengalami proses adaptasi sebelum diterima dalam bahasa Indonesia. Proses ini meliputi:

  • Penyesuaian Ejaan: Contohnya, sensei menjadi “sensei”, kimono menjadi “kimono”.
  • Penambahan Awalan atau Akhiran: Contohnya, baka menjadi “goblok”, dozo menjadi “tolong dong”.
  • Pergeseran Makna: Contohnya, hancho (pemimpin militer) menjadi “hansip” (petugas keamanan).
  • Penerjemahan: Contohnya, oishii (enak) diterjemahkan menjadi “lezat”.

Proses adaptasi ini menunjukkan fleksibilitas dan kekayaan bahasa Indonesia dalam menyerap unsur-unsur dari bahasa lain.

Hal ini juga mencerminkan dinamika budaya yang terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman.

Dampak dan Tantangan Serapan Bahasa Jepang

Serapan bahasa Jepang telah memberikan dampak positif bagi bahasa Indonesia, seperti:

  • Memperkaya kosakata: Kata-kata serapan Jepang menambah kosakata bahasa Indonesia, sehingga memungkinkan penuturnya untuk mengekspresikan ide dan gagasan dengan lebih variatif dan tepat.
  • Mencerminkan pengaruh budaya: Penggunaan kata-kata serapan Jepang dalam bahasa Indonesia menunjukkan adanya pengaruh budaya Jepang dalam kehidupan masyarakat, sehingga meningkatkan pemahaman dan toleransi antar budaya.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan bahasa yang berlebihan dapat menggeser bahasa asli dan menghambat perkembangan bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, penting untuk:

  • Menjaga keseimbangan: Penggunaan kata serapan Jepang harus diimbangi dengan penggunaan kata asli bahasa Indonesia.
  • Melestarikan bahasa Indonesia: Upaya untuk melestarikan bahasa Indonesia harus terus dilakukan, seperti melalui pendidikan bahasa dan penggunaan bahasa Indonesia di berbagai domain publik.

Penutup: Merajut Masa Depan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia bagaikan taman yang indah, perlu dipupuk dan dirawat agar terus berkembang. Serapan bahasa Jepang, bagaikan bunga sakura yang mekar, menambah keindahan taman, namun perlu dijaga agar tidak mendominasi dan menggeser bunga-bunga asli.

Marilah kita jaga dan lestarikan bahasa Indonesia, warisan budaya bangsa yang tak ternilai, dengan bijak dan penuh rasa cinta.

Kita dapat melakukannya dengan:

  • Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar: Gunakan ejaan dan tata bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
  • Memperbanyak penggunaan kata asli bahasa Indonesia: Cari alternatif kata serapan dari bahasa lain dengan menggunakan kata asli bahasa Indonesia.
  • Mengajarkan bahasa Indonesia kepada generasi muda: Tanamkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia.

Sejarah Perkembangan Bahasa Inggris di Indonesia

Sebuah Refleksi Perjalanan Bangsa

Bahasa Inggris, bahasa global yang kini mendominasi berbagai aspek kehidupan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Perkembangannya di tanah air tak lepas dari perjalanan panjang sejarah yang penuh lika-liku, mencerminkan interaksi budaya dan politik bangsa.

Awal Mula Bahasa Inggris di Indonesia

Jejak bahasa Inggris di Indonesia dapat ditelusuri kembali ke masa penjajahan Belanda, yang berlangsung selama lebih dari 350 tahun. Bahasa ini diperkenalkan sebagai bahasa resmi pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan. Hal ini mendorong masyarakat Indonesia, terutama kalangan elit, untuk mempelajarinya.

Meskipun bahasa Belanda menjadi bahasa utama pada masa itu, bahasa Inggris tetap memiliki pengaruh signifikan. Hal ini terlihat dari penggunaan beberapa kata serapan bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia, seperti “sekolah”, “buku”, dan “rumah sakit”.

Pengaruh Bahasa Inggris di Era Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, bahasa Inggris semakin memainkan peran penting. Bahasa ini digunakan sebagai alat komunikasi internasional, terutama dalam menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negara-negara lain.

Pemerintah Indonesia pun menyadari pentingnya bahasa Inggris dalam era globalisasi. Hal ini mendorong dimasukkannya bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah.

Perkembangan Bahasa Inggris di Era Modern

Di era modern, bahasa Inggris semakin berkembang pesat di Indonesia. Hal ini didorong oleh beberapa faktor, seperti:

  • Kemajuan teknologi: Internet dan media sosial membuka akses masyarakat terhadap informasi dan budaya global, yang didominasi oleh bahasa Inggris.
  • Globalisasi ekonomi: Bahasa Inggris menjadi bahasa utama dalam dunia bisnis dan perdagangan internasional. Hal ini mendorong banyak orang untuk mempelajarinya agar dapat bersaing di pasar global.
  • Industri pariwisata: Indonesia menjadi salah satu tujuan wisata populer, yang menarik wisatawan dari berbagai negara. Kemampuan berbahasa Inggris menjadi penting untuk berkomunikasi dengan wisatawan dan memberikan pelayanan yang terbaik.

Tantangan dan Peluang Bahasa Inggris di Indonesia

Meskipun bahasa Inggris telah berkembang pesat di Indonesia, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan akses terhadap pendidikan bahasa Inggris yang berkualitas. Hal ini menyebabkan disparitas kemampuan berbahasa Inggris di antara masyarakat.

Namun, di sisi lain, bahasa Inggris juga membuka peluang besar bagi masyarakat Indonesia. Kemampuan berbahasa Inggris yang baik dapat meningkatkan peluang kerja, pendidikan, dan bisnis.

Kesimpulan

Sejarah perkembangan bahasa Inggris di Indonesia mencerminkan perjalanan bangsa yang penuh dinamika. Bahasa ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia dan membuka berbagai peluang di berbagai bidang.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk terus mempelajari dan mengembangkan kemampuan bahasa Inggrisnya agar dapat bersaing di era globalisasi dan meraih masa depan yang lebih cerah.

Asal Mula Bahasa

Menelusuri Jejak Komunikasi Manusia

Asal mula bahasa manusia telah menjadi topik perdebatan dan penelitian selama berabad-abad. Menentukan kapan dan bagaimana bahasa pertama kali muncul merupakan sebuah pertanyaan kompleks yang dihadapi para ahli linguistik, antropologi, dan kognitif.

Meskipun tidak ada jawaban pasti, para ilmuwan umumnya sepakat bahwa asal mula bahasa manusia berkaitan erat dengan evolusi perilaku manusia modern. Bukti-bukti arkeologi dan linguistik menunjukkan bahwa bahasa mungkin telah muncul sekitar 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu, bersamaan dengan perkembangan alat-alat batu yang kompleks dan seni gua.

Namun, penentuan tanggal pasti masih terhalang oleh keterbatasan bukti langsung. Catatan tertulis tertua hanya berusia sekitar 5.500 tahun, dan bahasa lisan tidak meninggalkan jejak fisik yang mudah dipelajari.

Para ahli mengandalkan berbagai metode untuk mempelajari asal mula bahasa, termasuk:

  • Analisis komparatif bahasa: Membandingkan struktur dan kosakata bahasa yang berbeda untuk mencari nenek moyang bersama.
  • Studi tentang akuisisi bahasa: Mengamati bagaimana anak-anak belajar bahasa untuk memahami proses perkembangan bahasa universal.
  • Penelitian neurologi: Mempelajari bagian otak yang terkait dengan bahasa untuk memahami dasar-dasar kognitif bahasa.
  • Perbandingan dengan sistem komunikasi hewan: Mempelajari sistem komunikasi hewan lain, seperti primata, untuk mencari petunjuk tentang bagaimana bahasa manusia mungkin telah berkembang.

Meskipun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, penelitian tentang asal mula bahasa terus berkembang. Dengan semakin banyaknya bukti yang ditemukan, para ilmuwan semakin dekat untuk memahami bagaimana bahasa, alat komunikasi yang luar biasa ini, muncul dan berkembang dalam spesies manusia.

Berikut beberapa sumber tambahan yang dapat Anda pelajari:

Pertanyaan yang Masih Terbuka

Meskipun penelitian tentang asal mula bahasa telah menghasilkan banyak wawasan, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Berikut beberapa pertanyaan yang masih menjadi fokus penelitian:

  • Kapan dan di mana bahasa pertama kali muncul?
  • Apa bentuk bahasa pertama?
  • Bagaimana bahasa berevolusi dan berkembang dari waktu ke waktu?
  • Apa peran bahasa dalam perkembangan kognitif dan sosial manusia?

Memahami asal mula bahasa tidak hanya membantu kita untuk memahami bagaimana kita berkomunikasi, tetapi juga memberikan wawasan tentang apa yang membuat kita menjadi manusia.

Evolusi dan Sejarah Bahasa Inggris

Dari ‘Monster Bermata Hijau’ hingga ‘Bibir Kaku’

Sepanjang sejarah, ribuan kata telah diserap dari seluruh dunia ke dalam kosakata bahasa Inggris. Menulis untuk History Extra, Charlie Haylock mengajak kita menelusuri asal-usul historis dari banyak kata dan frasa yang masih kita gunakan sampai sekarang.

Evolusi bahasa Inggris lisan dimulai dari abad kelima, dengan gelombang serangan dan akhirnya pendudukan oleh bangsa Angles, Saxon, Jutes, dan Frisia. Mereka berbicara bahasa Jermanik Barat yang sama tetapi dengan dialek yang berbeda. Percampuran mereka menciptakan bahasa Jermanik baru; sekarang disebut sebagai Anglo-Saxon, atau Bahasa Inggris Kuno.

Selama abad kedelapan, kesembilan dan kesepuluh, Viking akan menjarah dan menetap, membawa serta versi lain dari bahasa Jermanik yang sama, sekarang disebut sebagai Norse Kuno. Penggabungan bahasa Inggris dan Viking akan menjadi langkah kedua dalam membangun bahasa Inggris lisan dan menjadi dasar bagi berbagai dialek bahasa Inggris saat ini.

Dalam bukunya “In a Manner of Speaking – The Story of Spoken English” (Cara Berbicara – Kisah Bahasa Inggris Lisan), Charlie Haylock, dengan bantuan ilustrasi dari kartunis Barrie Appleby, mengeksplorasi bahasa tersebut – dari asal-usul Bahasa Inggris Kuno di Eropa utara hingga bahasa singkatan yang digunakan dalam teks saat ini.

Bagaimana sejarah bahasa Inggris?

Pada tahun 1066, bangsa Norman memiliki perpaduan bahasa yang eklektik: dialek Prancis utara yang dipengaruhi Frank, Norse Kuno dari akar Viking mereka, Flemish dari tentara yang mendukung istri William Sang Penakluk, Matilda dari Flanders, dan bahasa berbasis Brythonic dari tentara bayaran Breton.

Bangsa Norman mempertahankan struktur dasar bahasa Inggris, tetapi selama periode Bahasa Inggris Pertengahan mereka memperkenalkan sekitar 10.000 kata mereka sendiri ke dalam bahasa Inggris. Banyak kata terkait dengan formalitas dan terlihat jelas dalam kosakata seputar administrasi, parlemen, pemerintahan, profesi hukum, dan mahkota. Lebih banyak kata yang digunakan dalam urusan sehari-hari termasuk produksi makanan, seperti: daging sapi; daging babi; rempah; jus dan unggas. Mereka memperkenalkan kata-kata yang dimulai dengan ‘con’, ‘de’, ‘dis’ dan ‘en’, seperti: menyembunyikan; melanjutkan; permintaan; menghadapi; melepaskan dan terlibat.

Mereka juga memasukkan kata-kata yang berakhiran dengan ‘age’ dan ‘ence’ seperti dalam: keuntungan; keberanian; bahasa dan mulai.

Berapa banyak kata yang diciptakan Shakespeare?

Renaisans Inggris menyaksikan ribuan kata berbasis Yunani dan Latin masuk ke dalam bahasa Inggris. Ini terjadi melalui Renaisans Italia, dan sangat dibantu oleh penyair, penulis, dan dramawan Inggris, terutama penulis drama era Elizabethan, William Shakespeare yang menulis banyak drama berpusat di Italia termasuk Romeo dan Juliet, Pedagang Venesia, Julius Caesar, dan Dua Pria Verona.

Para ahli kata ini juga menciptakan dan membuat ribuan kata baru, yang mengarah pada debat yang dikenal sebagai ‘Kontroversi Inkhorn’. ‘Inkhorn’ adalah istilah untuk tempat tinta yang terbuat dari tanduk kecil dan menjadi julukan untuk kata-kata baru yang diciptakan oleh penulis drama dan penyair.

Salah satu pendukung kata inkhorn adalah Thomas Elyot, seorang penulis produktif selama Renaisans Inggris. Dia dipelajari dengan baik dalam bahasa Latin dan Yunani, dan karena itu, dia mampu memperkenalkan banyak kata buatan baru ke dalam kosakata bahasa Inggris. Para akademisi dan sarjana yang sama sekali menentang kata-kata inkhorn termasuk Thomas Wilson yang tidak hanya seorang akademisi dan sarjana, tetapi juga sebagai penulis, diplomat, hakim, anggota dewan rahasia, dan Dekan Durham. Dia mungkin paling dikenal karena dua publikasi, The Rule of Reason, conteinynge the Arte of Logique set forth in Englishe, dan bukunya yang paling terkenal, The Arte of Rhetorique. Dia menentang pidato berbunga-bunga dan kata inkhorn dari Renaisans Inggris dan menganjurkan cara penulisan yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang berasal dari Bahasa Inggris Kuno daripada dari Latin dan Yunani.

Namun demikian, kata inkhorn menang dan William Shakespeare sendiri diperkirakan menciptakan 1.750 kata dan idiom, banyak di antaranya menjadi frasa sehari-hari saat ini.

Impor dari luar negeri dan perkembangan bahasa Inggris

Eksplorasi, pembajakan swasta, dan pembajakan Elizabethan adalah sumber lain untuk kosa kata bahasa Inggris. Ini mainly berasal dari bahasa Spanyol dan Portugis, termasuk banyak kata Karibia dan penduduk asli Amerika yang diadopsi oleh penjelajah dari negara tersebut, seperti ‘tembakau’ dan ‘kentang’.

Kolonialisme Stuart di pantai timur Amerika menyaksikan sejumlah besar kata dari penduduk asli Amerika diadopsi dan memasuki bahasa Inggris secara langsung, termasuk ‘kano’, dan ‘tempat tidur gantung’. Para Pilgrim Fathers dan pemukiman Inggris berikutnya bahkan mengadopsi lebih banyak kata.

Peningkatan pangsa perdagangan Inggris terjadi selama kebijakan eksplorasi Tudor dan Stuarts hingga pembangunan kerajaan Victoria. Peningkatan perdagangan ini akan menyebabkan gelombang kata baru lainnya masuk ke dalam kosakata bahasa Inggris dari negara asing, termasuk kata-kata dari Belanda seperti: lanskap; kue scone; minuman keras; sekunar; nakhoda kapal; avast (berhenti); ransel; kuda-kuda; sketsa – dan banyak lagi.

Kekaisaran Inggris pada puncaknya mencakup seperempat daratan Bumi, dan memerintah ratusan juta orang yang berbeda di seluruh dunia. Bahasa Inggris berevolusi bersama dengan kerajaan ini, dengan kata-kata yang diadopsi ke dalam kosakata. Banyak kata dari India saja telah menjadi umum dalam bahasa Inggris saat ini, seperti: piyama; khaki; bungalo; jodhpur; raksasa; kari; chutney; sampo dan penjahat – hanya untuk beberapa nama.

Apa pengaruh Amerika pada bahasa Inggris?

Pengaruh Amerika pada bahasa Inggris sangat besar. Literatur Amerika menjadi lebih populer di Inggris, begitu pula film dengan munculnya film dan Hollywood, bersama dengan lagu, musik dan tari, dan banyak program televisi Amerika. AS juga merupakan sekutu Inggris dalam dua perang dunia dan masih menggunakan lapangan udara Angkatan Udara AS yang berbasis di Inggris. Semua faktor ini, bersama dengan era komputer, berarti semakin banyak kata dan frasa Amerikanisme yang diadopsi ke dalam kosakata bahasa Inggris.

Salah satu contohnya adalah frasa ‘stiff upper lip’ (bibir kaku). Dipercaya bahwa ini berasal dari orang Amerika yang melihat aristokrasi Inggris berbicara dengan ‘bahasa Inggris standar’ yang ketat, yang mengharuskan bibir atas tidak bergerak untuk mengucapkannya, apa pun situasinya.

Contoh lain dari frasa yang dipengaruhi Amerika termasuk: tidak memiliki kepentingan; duduk di pagar; wajah poker; mengklaim; dan kata-kata seperti: landasan; berciuman; jas hujan; pencakar langit; jalan-jalan; pertarungan; koktail dan kue.

Dari permen ke popok: kemurnian bahasa Inggris Amerika

Evolusi bahasa Inggris terus berlanjut…

Bahasa Inggris tidak pernah memiliki standar resmi. Bahasa ini telah berevolusi selama berabad-abad dan mengadopsi ribuan kata melalui eksplorasi luar negeri, perdagangan internasional, dan pembangunan sebuah kerajaan. Bahasa Inggris telah berkembang dari awal yang sangat sederhana sebagai dialek pemukim Jerman di abad ke-5, menjadi bahasa global di abad ke-21. Ini adalah bahasa yang kaya dengan puluhan ribu kata lebih banyak dalam kosakatanya daripada bahasa lain mana pun dan seperti yang ditulis Maria Legg dalam kata pengantarnya untuk “In a Manner of Speaking”: “Memang, sejarah bahasa ini juga harus menjadi sejarah bangsanya.”

Tokoh Penting John Freeman Young di Dunia

Biografi John Freeman Young

John Freeman Young lahir pada 30 Oktober 1820, di Pittston, Maine, putra dari John dan Emma (Freeman) Young. Pada tahun 1841, ia memulai program studi sains di Wesleyan University di Middletown, Connecticut, tetapi keluar setelah tahun pertamanya. Dia kemudian masuk ke Gereja Episkopal dan memulai studi di Seminari Teologi Virginia di Alexandria, lulus pada tahun 1845. Dia ditahbiskan sebagai diakon pada tanggal 20 April 1845, dan sebulan kemudian, pada tanggal 23 Mei 1845, dia ditugaskan ke Gereja St. John, Jacksonville, Florida. Dia ditahbiskan sebagai imam di Gereja St. John, Tallahassee, Florida, pada 11 Januari 1846. Pada saat itu, dia adalah salah satu dari hanya dua pendeta dalam pelayanan paroki aktif di seluruh negara bagian, melayani sampai 15 Desember 1847.

Dari Florida, ia pindah ke berbagai pos di Texas (1848-1851), Mississippi (1852-1853) dan Louisiana (1854-1855).

Arsitektur Beberapa Tempat Terknal Saat Ini

Perlu dicatat bahwa Pendeta Young memiliki minat awal dalam arsitektur Gereja. Contohnya adalah Kapel Salib, Madison, Mississippi, yang dibangun pada tahun 1848. Dikatakan bahwa dia membantu pemiliknya, Margaret Johnstone, dalam aspek desain kapel. Uskup pertama Mississippi, Uskup William Mercer Green mentahbiskan kapel tersebut pada 19 Juli 1852. Uskup Green menulis bahwa ada hutang budi kepada tenaga kerja yang berdedikasi dan selera elegan Pendeta Young. Dia juga mengawasi pembangunan gereja bergaya gothic di Napoleonville, Louisiana pada tahun 1854, dari “rencana yang diperoleh dari arsitek New York yang terkemuka,” yang digambarkan sebagai “bangunan terindah dari jenisnya yang terlihat di negara Selatan atau Barat” oleh Uskup Leonidas Polk, Uskup pertama Louisiana.

Track Record Karir Sang Pendeta Young

  1. Tahun 1855
    Pada 19 Juni 1855, Pendeta Young menjadi asisten menteri di Gereja Trinity, New York City, di mana ia melayani sampai ditahbiskan sebagai Uskup Florida pada tahun 1867. Ini akan menjadi waktu yang sangat sibuk dalam kehidupan imam muda itu. Selama berada di New York, ia mengasah minatnya pada teologi, arsitektur gereja, dan himnologia, yang termasuk mengumpulkan dan menerjemahkan himne-himne Kristen yang agung dari berbagai gereja, yang diterbitkan secara anumerta oleh Pendeta John Henry Hopkins, Jr., Great Hymns of the Church (New York, 1887).
  2. Tahun 1859
    Pada tahun 1859, Pendeta Young menerbitkan pamflet 16 halaman berjudul Carols for Christmas Tide (New York: Daniel Dana, Jr.2). Yang pertama dari tujuh lagu carol dalam pamflet ini adalah terjemahan bahasa Inggris definitifnya dari himne besar Austria Bawah Stille Nacht! Heilige Nacht! dengan judul Silent Night, Holy Night. Pemindaian halaman itu muncul di sebelah kanan.
  3. Tahun 1860
    Pada tahun 1860 dan 1861, ia menerbitkan Hymns and Music For The Young, Bagian 1 dan 2, masing-masing. Bagian 3 disebutkan dalam Kata Pengantar (tanggal 12 Desember 1859) sebagai belum diterbitkan; diyakini bahwa terjemahan “Silent Night” miliknya juga terdapat di Bagian 3. Bagian 1 juga diterbitkan dalam edisi hard-back dengan judul Hymns for Children (New York: D. Dana, 1860). Bagian 2 juga diterbitkan dengan judul Hymns and Music for the Home. (New York: Gen. Prot. Episc. S.S. Union dan Church Book Society, 1864, Edisi ke-5).
  4. Tahun 1862
    Pada tahun 1862, ia diangkat menjadi “Komite Bersama Himne dan Mazmur Metris.” Dia juga menjabat sebagai sekretaris Komite Russo-Yunani dari Konvensi Umum, dan mengedit makalah yang dikeluarkan oleh mereka untuk memajukan persekutuan Gereja Timur, Anglikan, dan Amerika. Sebagai hasil karyanya dengan Komite Russo-Yunani, Pendeta Young dianugerahi gelar Doktor Teologi Sakral (Doctor of Sacred Theology) dari Columbia College pada tahun 1865.

    Banyak yang dibuat dari fakta bahwa Gereja Trinity di New York City dekat dengan peringatan Alexander Hamilton di mana, pada tahun 1839, penyanyi Rainer dari Austria memasukkan Stille Nacht ke dalam repertoar mereka. Namun, perlu diingat bahwa Pendeta Young tidak melayani di Gereja Trinity sampai 16 tahun kemudian, mulai tahun 1855.

    Juga dikatakan bahwa Uskup Young pertama kali mendengar Stille Nacht saat berada di Inggris, Eropa, dan Rusia pada tahun 1863 [sebenarnya, pada tahun 1864 menurut Papers of the Russo-Greek Committee]. Klaim ini tidak didukung karena kami baru mengetahui bahwa publikasi pertamanya adalah pada tahun 1859 seperti yang disebutkan di atas.

  5. Tahun 1867
    Pada 25 Juli 1867, Pendeta Young ditahbiskan sebagai Uskup Florida yang kedua oleh enam uskup, yang ketuanya adalah Uskup Ketua Gereja, Rt. Rev. John Henry Hopkins, Uskup Episkopal pertama Vermont, 1792-1868; (putranya akan mengedit koleksi himne yang dikumpulkan oleh Young, diterbitkan secara anumerta pada tahun 1887). Young menggantikan mendiang Uskup Francis Huger Rutledge, yang meninggal pada 6 November 1866. Uskup Young akan memegang jabatan ini sampai kematiannya sendiri akibat pneumonia di New York City pada 15 November 1885.

Gereja yang Hancur di Florida

Gereja di Florida telah hancur oleh dampak Perang Saudara sehingga Komite Keadaan Gereja menulis bahwa itu adalah “keajaiban” bahwa gereja di Florida masih memiliki “eksistensi yang terorganisir sama sekali.” Uskup Young menggambarkan waktu itu sebagai “perjuangan untuk hidup.” Tetapi melalui usahanya yang rajin, dari tahun 1875 hingga 1885 gereja berkembang dari 20 paroki atau misi dan 14 pendeta yang bekerja — menjadi 48 jemaat yang dilayani oleh 36 pendeta.

Uskup Young bepergian secara luas ke seluruh keuskupan dengan menunggang kuda, kereta, dan gerobak, dengan perahu dan perahu layar, dan terkadang berjalan kaki, tetapi perjalanan dari Jacksonville ke Key West bisa memakan waktu sebulan atau lebih. Meski begitu, pada tahun 1880 ia melaporkan bahwa “sebelas gereja dibangun atau sedang dibangun dalam satu tahun.”

Aktivitasnya di Keuskupan tidak terbatas pada pembangunan gereja dan jemaat. Se shortly after his consecration, Bishop Young purchased the former home of Confederate General Joseph Finegan, turning it into an exclusive girls’ school known as the Bishop’s School or St. Mary’s Priory in Fernandina (later moved to Jacksonville). Kebetulan, Jenderal Finegan juga dimakamkan di Pemakaman Kota Tua di Jacksonville. Uskup Young juga mendirikan sekolah anak laki-laki di Jacksonville, St. John’s Male Academy di bawah perlindungan Gereja St. John, pada tahun 1869. Pada tahun yang sama, ia ikut serta dalam kebangkitan Universitas Selatan di Sewanee, Tennessee.

Minatnya yang awal pada arsitektur gereja juga menuai keuntungan besar bagi Keuskupannya. Saat berada di Gereja Trinity di New York, Uskup Young bertemu Richard Upjohn, arsitek yang mendesain Gereja Trinity New York (ditahbiskan pada Hari Kenaikan pada tahun 1846). Upjohn telah menerbitkan sebuah buku yang berisi rencana detail dan instruksi yang dengannya jemaat kecil dapat membangun gereja. Bergaya Gothic, mereka tampak seperti gereja dan terasa seperti gereja. Di Florida, banyak gereja dibangun dengan gaya Gothic Carpenter Upjohn di seluruh keuskupannya. Gereja Episkopal Trinity di Melrose, FL adalah contoh dari gaya arsitektur ini; Anda dapat menemukan gambar garis gereja di situs web mereka, Sejarah Gereja Episkopal Trinity. Gereja ini dibangun pada tahun 1885-1886.

Di Key West, Uskup Young mengorganisir gereja Episkopal pertama khusus untuk orang kulit hitam, St. Paul. Dia juga mendirikan paroki berbahasa Spanyol untuk imigran Kuba, St. John’s. Sebagai hasil dari dua kunjungannya ke Kuba, negara itu menjadi ladang misi penting bagi Gereja Episkopal di Amerika Serikat. Selama ini diyakini bahwa Uskup Young menerbitkan pamflet yang berisi serangkaian dua puluh lima himne dalam bahasa Spanyol, dengan nada.

Saat berkunjung ke New York, Uskup Young terserang pneumonia dan meninggal mendadak pada usia 65 tahun, pada hari Minggu, 15 November 1885. Pemakamannya diadakan di St. John’s, Jacksonville, pada 18 November, dan ia dimakamkan di Pemakaman Kota Tua, Jacksonville, Florida. Istrinya akan dimakamkan di sampingnya setelah kematiannya pada tahun 1914 (mungkin istri keduanya, Mary).

Dua tahun setelah kematiannya, batu penjuru Gereja Episkopal St. Andrew diletakkan. Gereja itu adalah peringatan untuk Uskup Young, dan tanah tempat Gereja itu dibangun.